Senin, 24 Mei 2010

Jilid IV: MENCARI TUHAN –

Sebelum reformasi 1998, mengenai adanya situasi keterbukaan masih jauh dari angan-angan. Tetapi pada masa itu, tahun 1996/1997, Anton Medan sudah mengungkapkan kondisi LP (Lembaga Pemasyarakatan) dengan sangat blak-blakan. Dia termasuk salah satu pelopor percepatan pentingnya keterbukaan. Tujuannya jelas, agar semua pihak mengetahui dan upaya-upaya perbaikan bagi kondisi LP yang kurang baik dapat pula dilakukan bersama-sama. Di dalam LP  ia belajar membaca dan menulis, pada sesama napi yang sebelum masuk penjara adalah seorang guru, dan dalam waktu satu minggu sudah bisa membaca koran. Di dalam LP pun Anton Medan mencari Tuhan. Berkali-kali pindah agama, dan kini ia adalah seorang juru dakwah terkenal, pemilik/pengasuh sebuah pondok pesantren yang menyelenggarakan pendidikan berbasis kewirausahaan untuk SMP dan SMA. Tetapi di dalam LP pula ia dilanda kegelisahan besar karena aksi-aksi penembakan misterius terhadap “preman-preman” terjadi di mana-mana. Menghindarinya, ia bersiasat untuk bisa kembali ke Nusakambangan yang berakibat harus pindah dari satu LP ke LP lain, terakhir bebas di LP Kuningan, Jawa Barat. Namun benar apa yang dikhawatirkannya, ternyata ancaman akan dibunuh “secara misterius” pun diterimanya secara langsung, tetapi dengan satu syarat, dan manakala syarat tersebut dipenuhinya, malah berdampak lanjut dirinya terseret dan masuk ke dalam dunia mafia.
 Untuk pemesanan, silahkan melalui e-mail bukulangkasik@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar