Senin, 24 Mei 2010

ANTARA ANDA DAN KAMI

Mungkin sudah lama Anda mendengar, tapi belum tahu adanya. Mungkin sudah lama Anda tahu, tapi belum pernah melihatnya. Mungkin juga Anda pernah melihat, namun tak sempat memegangnya. Atau barangkali Anda pernah mencari, namun belum juga menemukannya. Padahal Anda ingin memilikinya. Atau, ya, mungkin Anda belum ataupun tidak pernah apa-apa dalam urusan dengan semua ini, namun tiba-tiba “kita” bertemu dan terjadilah desiran tertentu. Maka bila Anda berminat membeli produk-produk yang kami tawarkan, tugas kami adalah melayani.
BUKU ANTON MEDAN
(Terdiri 6 Jilid)

“Pergolakan Jiwa Seorang Mantan Terpidana”

Jilid I: AKU BUKAN PENJAHAT –

Suatu hikmah sangat besar dipersembahkan oleh Anton Medan kepada kita semua dengan kebesaran jiwa dan keikhlasannya membeberkan kisah hidup masa kecilnya. Kita semua pernah mengalami masa kecil, dan insyaallah pun berkesempatan punya anak kecil, keponakan kecil. Alangkah sulit membayangkan betapa keras kehidupan yang dialami si kecil Tan Kok Liong yang di rumah biasa dipanggil Kok Lien ini, saat masih di Tebing Tinggi dan Medan, Sumatera Utara. Tahun 1965 ia masuk sekolah kelas satu SR (Sekolah Rakyat, sekarang SD), sekitar tujuh bulan dalam keceriaan bersama teman-teman kecilnya, sekolah diliburkan gara-gara peristiwa G30S. Namun ketika sekolah diaktifkan kembali, ia tetap tak bersekolah dan malah jadi anak jalanan mencari uang untuk keluarganya. Hingga kemudian pada usia 13 tahun ia terlibat perkelahian dengan preman terminal Teladan Medan yang mencuri uangnya, dan berakibat bocah ABG tersebut masuk penjara. Adakah wajah kita di balik cermin kehidupan itu? Berkacalah! Maka, bacalah!!!
Untuk pemesanan, silahkan melalui e-mail bukulangkasik@gmail.com

Jilid II: KEJAHATAN SEBAGAI PROFESI –

Buku ini terbit tahun 1997 ketika si empunya kisah berusia 40 tahun. Kita berterimakasih padanya yang juga mengabarkan bahwa realitas Kali Ciliwung di tengah-tengah Jalan Hayam Wuruk dan Jalan Gajah Mada itu dulu pada tahun 1974 banyak orang mandi dan mencuci di sana. Ia tahu persis, karena anak kedua dari 17 bersaudara yang ketika jadi anak terminal Tebing Tinggi disapa oleh teman-teman dewasanya dengan panggilan Cintong ini terlibat di dalamnya, gara-gara nekad meninggalkan Medan mencari pamannya di Mangga Besar tanpa tahu persis alamatnya. Dan, drama kehidupan yang bagaikan di luar nalar pula yang lalu membuatnya terseret dalam dunia kejahatan. Rupanya dunia kejahatan pun merupakan peluang, semacam bidang profesi tersendiri. Banyak hal menantang yang bukan saja menarik disiasati dengan naluri kecerdasan dan keberanian mengambil risiko, melainkan juga kreativitas menerobos celah-celah hukum. Maka jika air Kali Ciliwung di Jakarta Kota makin hitam dan tak lagi orang mandi dan mencuci di sana, bagaimana dengan perkembangan dunia kejahatan dan hukum setelah realitas lika-likunya pada 1970/1980-an diungkapkan oleh Anton Medan? Analisa Anda akan berbicara, dan segala sesuatunya niscaya akan makin memperkaya jiwa.
Untuk pemesanan, silahkan melalui e-mail bukulangkasik@gmail.com

Jilid III: MENYERAH DEMI KELUARGA – 148 halaman


Keputusan untuk menikah pada umur 22 tahun, barangkali Anda menilai “masih terlalu muda” bagi seorang pria. Namun bagi Anton Medan kala itu, tahun 1979, keputusan tersebut pun justru dipolakannya sebagai bagian penting langkah beralih profesi dari dunia kejahatan ke bidang profesi lain. Namun ketika usai menikah di Cempaka Putih dan pulang ke rumah mertuanya di Mangga Besar dengan naik taksi, ternyata banyak anggota polisi sudah bersiaga di sana. Alam terbuka yang mengasuhnya memang telah membuatnya jauh lebih dewasa daripada usia sebenarnya, namun rupanya ia masih terlalu muda untuk tak malah “jadi makin gila” karenanya. Dramatiknya; betapa ia mencintai keluarganya, meski tergores tanya, tak adakah cara yang lebih baik membuatnya menyerah dengan tidak menyandera keluarganya termasuk dua bayi kembarnya berlama-lama di markas tentara? Namun begitulah adanya, dan alangkah banyak hikmah dapat kita petik dari sana.
Untuk pemesanan, silahkan melalui e-mail bukulangkasik@gmail.com

Jilid IV: MENCARI TUHAN –

Sebelum reformasi 1998, mengenai adanya situasi keterbukaan masih jauh dari angan-angan. Tetapi pada masa itu, tahun 1996/1997, Anton Medan sudah mengungkapkan kondisi LP (Lembaga Pemasyarakatan) dengan sangat blak-blakan. Dia termasuk salah satu pelopor percepatan pentingnya keterbukaan. Tujuannya jelas, agar semua pihak mengetahui dan upaya-upaya perbaikan bagi kondisi LP yang kurang baik dapat pula dilakukan bersama-sama. Di dalam LP  ia belajar membaca dan menulis, pada sesama napi yang sebelum masuk penjara adalah seorang guru, dan dalam waktu satu minggu sudah bisa membaca koran. Di dalam LP pun Anton Medan mencari Tuhan. Berkali-kali pindah agama, dan kini ia adalah seorang juru dakwah terkenal, pemilik/pengasuh sebuah pondok pesantren yang menyelenggarakan pendidikan berbasis kewirausahaan untuk SMP dan SMA. Tetapi di dalam LP pula ia dilanda kegelisahan besar karena aksi-aksi penembakan misterius terhadap “preman-preman” terjadi di mana-mana. Menghindarinya, ia bersiasat untuk bisa kembali ke Nusakambangan yang berakibat harus pindah dari satu LP ke LP lain, terakhir bebas di LP Kuningan, Jawa Barat. Namun benar apa yang dikhawatirkannya, ternyata ancaman akan dibunuh “secara misterius” pun diterimanya secara langsung, tetapi dengan satu syarat, dan manakala syarat tersebut dipenuhinya, malah berdampak lanjut dirinya terseret dan masuk ke dalam dunia mafia.
 Untuk pemesanan, silahkan melalui e-mail bukulangkasik@gmail.com

Jilid V: MAFIA CINA DARATAN –


Setelah membaca buku ini, mungkin Anda akan berkata, ternyata “penyakit mafia-mafiaan” itu tak kunjung sembuh juga meski sudah melewati waktu lebih 20 tahun. Jangan-jangan malah tambah parah. Tetapi memang, dunia judi itu “gila bener”. Mana ada bos judi kelas milyaran yang masuk bui. Bui itu  jatahnya tukang-tukang judi kakilima, yang lagi sial, yang terkena razia terdapat barang bukti alat judi dan uang. Pemain kelas jutaan sudah tahu itu, dan berjudi dengan koin saja. Lagipula rumah judi sudah dilengkapi pintu berlapis dan jalan lari tembus ke belakang. Kalau mau ada penggerebegan pun biasanya dapat bocoran lebih dulu. Tukang-tukang judi kelas berat dunia sebagian besar ya dari Indonesia. Setoran dari rumah judi sangat besar setiap malam; maka hitung saja berapa sebulan, berapa setahun. Dunia judi di Indonesia adalah dunia mafia dan premanisme yang tak terpungkiri sering ada keterlibatan oknum-oknum petugas. Anton Medan sangat tahu berdasarkan pengalamannya, dan membeberkan segala sesuatunya untuk kita, yang tentu berharap, kiranya dunia abu-abu yang satu ini bisa ditata, mengingat masyarakat judi itu memang ada, yang bila dilarang main di Indonesia justru akan menghambur-hamburkan uangnya di Pulau Sentosa, Genting Highland, Pulau Christmas, Macao, Hong Kong, sampai Las Vegas. Ini episode seru sekali. 

Untuk pemesanan, silahkan melalui e-mail bukulangkasik@gmail.com

Jilid VI: SEBAGAI JURU DAKWAH –

Pada akhirnya Anton Medan hancur karena judi juga. Kasino di kota-kota judi dunia melibas milyaran uangnya. Bahkan juga judi buntut SDSB; pasang seratus juta kalah, naik dua ratus juta kalah juga, untung-untungan empat ratus juta lenyap, dilipatduakan amblas, sampai babak belur. Namun justru pada kondisi terpuruk itulah dia, kala itu, lalu merasa mendapatkan ketenangan batin. Mulailah aktif di lingkungan, kemudian mendirikan majelis taklim, hingga akhirnya Allah menakdirkannya sebagai juru dakwah terkenal. Maha Suci Allah.

Untuk pemesanan, silahkan melalui e-mail bukulangkasik@gmail.com